Rabu, 11 Maret 2015

DEFINISI PENALARAN, PROPOSISI, DAN SILOGISME

1.      Jelaskan definsi penalaran! Sebut dan jelaskan jenisnya!
Jawab :
Penalaran adalah proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan. Penalan juga dapat diartikan sebagai proses menganalisis suatu topic sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
Jenis-jenis penalaran :
·         Penalaran Induktif
Secara garis besar bisa dikatakan induksi adalah proses penalaran untuk sampai
pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum dan khusus, beradasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus.

Proses induksi dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a.       Generalisasi
Adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Generalisasi dibuktikan dengan data, contoh, statistic dll

Contoh :
- Orang yang menjadi kader partai korupsi
- Orang yang menjabat sebagai ketua umum partai korupsi
Generalisasi : Orang yang berkerja di partai korupsi
Jenis-jenis generalisasi :
-        Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi atas dasar penyimpulan yang telah diselidiki.
Contoh: data survey LSM

-        Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
  Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki, diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh partai mendapat pendapatan dari hasil korupsi.


b.      Analogi
Adalah suatu proses penalaran membandingkan sifat esensial yang mempunyai persamaan. Dengan asumsi tersebut diasumsikan ada persamaan pula dalam hal lainya.

Ada 2 macam analogi,yaitu :

-        Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.

Contoh analogi induktif :
Timnas Indonesia lolos dalam semifinal piala asia dengan demikian timnas Indonesia akan masuk piala dunia di tahun mendatang dengan berlatih setiap hari.

-        Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

c.       Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.


Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:

-        Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh: Belajar, berdoa, tekun dan tidak putus asa adalah hal yang bias membuat kita berada di puncak kesuksesan.

-        Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh: Dewasa marak terjadi tindak criminal di perkotaan seperti,tingkat stress yang tinggi, tawuran antar wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan harga bbm sehingga mengalami kesulitan ekonomi.

-        Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.

Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang hari idul fitri arus lalu lintas di tol sangat ramai. Seminggu sebelum hari H jalanan sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi.

·         Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif didasarkan pada teori yang berlaku umum tentang hal / gejala. Ditarik kesimpulan hal yang khusus. Merupakan bagian dari hal/gejala tadi. Secara garis besar maka penalaran deduktif adalah bergerak dari hal atau gejala yang khusus menjadi gejala yang khusus.

Jenis-jenis penalaran deduktif :
a.       Silogisme
Penalaran deduksi biasanya sering digunakan adalah silogisme. Silogisme adala penalaran secara tidak langsung. Dalam silogisme kita terdapat dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor. Dari kedua premis tersebut kesimpulan dirumuskan.

Rumus menentukan kesimpulan sebagai berikut :
PU : semua A = B
PK : C = A
K : C = B

Contoh : PU : Semua hewan yang mempunyai telinga berkembang biak dengan melahirkan
PK : Rusa memiliki telinga
K : Rusa tentu berkembang biak dengan

b.      Entinem
Entinem adalah silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan kesimpulan. Entimen mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut, yaitu preposisi khusus (premis khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung di dalam preposisi kesimpulan

Contoh :
Silogisme kategorial : PU : Semua dosen (A) adalah lulusan perguruan tinggi (B)
PK : Bapak Budi C adalah seorang dosen (A)
K : Bapak Budi C adalah seorang dosen (B)
Entinem : Bapak Budi adalah lulusan perguruan tinggi ia seorang dosen
K PK

2.      Jelaskan definisi proposisi dan beri contohnya!
Jawab :
Proposisi adalah suatu ekspresi verbal dari keputusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu predikat terhadap suatu yang lain, yang dapat dinilai bener atau salah.

Jenis-jenis proposisi terbagimenjadi 4 bagian :
·         Proposisi berdasarkan bentuk

-        Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh :
Unie menyayi
Ayah membaca Koran

-        Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat.
Contoh :
Indra belajar bermain piano dan menyayi di studio
Adik Belajar bahasa indonesia dan membuat kalimat majemuk

·         Proposisi berdasarkan sifat

-        Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun
Contoh :
Semua Perempuan di indonesia akan mengalami Menstruasi
Setiap mengendarai mobil harus memakai seftybeld

-        Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh :
Jika yogi lulus UN maka saya akan berikan hadiah
Jika saya lulus penelitian ilmiah maka saya akan mengadakan syukuran

·         Proposisi berdasarkan kualitas

-        Proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh :
Semua gajah berbadan besar
Semua ilmuwan adalah orang pandai

-        Proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh :
Tidak ada wanita yang berjenggot
Tidak ada binatang yang bisa bicara

·         Proporsisi berdasarkan kuantitas

-        Proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh :
Semua warga Indonesia mememiliki KTP
Semua masyarakat mematuhi peratura lalulintas

-        Proporsisi spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek.
Contoh :
Tidak semua murid patuh kepada gurunya.

3.      Jelaskan definisi silogisme! Sebut dan jelaskan jenisnya lalu beri contoh!
Jawab :
Silogisme adalah jenis penalaran deduksi secara tidak langsung. Menurut Aristoteles, silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat terkenal. Dalam pengertian umum, silogisme adalah suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.
Dalam penerapannya, ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.
·         Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi (premis) kategoris. 
Contoh silogisme kategoris:
-        Semua manusia adalah makhluk berakal budi (premis mayor)
-        Afdan adalah manusia (premis minor)
-        Jadi, Afdan adalah makhluk berakal budi (kesimpulan)

·         Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan kategoris. 

Contoh silogisme hipotesis:

-        Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
-        Hari ini tidak hujan (premis minor)
-        Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan)

·         Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya premis alternatif, premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, dan kesimpulannya menolak alternatif yang lain. 

Contoh silogisme alternatif:

-        Kakek berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)
-        Kakek berada di Bantaeng (premis minor)
-        Jadi, kakek tidak berada di Makassar (kesimpulan)


Sumber :
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia, ”Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”, Jakarta: PT Gramedia.
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Maran, R Raga. (2007). Pengantar Logika. Jakarta: PT Grasindo.